Friday, March 2, 2018
Nafkahi Keluarga SYAHRIL Bocah Asal Pinrang ini Jualan Kerupuk Ubi
Nafkahi Keluarga SYAHRIL Bocah Asal Pinrang ini Jualan Kerupuk Ubi
Musim demi Musim tentunya berbagai dinamika kehidupan akan di jalani namun yakinlah berusaha dan kerja keras akan membuahkan hasil.
Di Cuaca siang itu cukup terik ketika bocah itu berjalan lambat di sekitar Jalan Sukawati Pinrang Pundak kirinya dan Kanan saling bergantian menjinjing sebuah kayu Bambu dengan Mengangkat sebuah kerupuk Ubi dengan beberapa kantungan Sambil Teriak Anak itu �Kurupuk Ubi.. Kurupuk Ubi Pak Ibu..� ucapnya berkali-kali, menjajakan dagangannya.
Beberapa Warga yang berada di sebuah warkop memanggil, Bocah itupun datang menghampiri. Dengan cekatan, ia menawarkan kantung plastik berisi kerupuk ubi.
Bapak Bapak yang mangkal di Warkop itu memberinya lembaran rupiah setelah memesan beberapa kerupuk. Bocah itu menerima uang tersebut, lalu kembali menjajakan dagangannya.
Syahril aswan (13) Bocah Yang penuh semangat itu ia merupakan siswa SD DDI Pinrang kelas 5 beralamatkan di Kampung jaya barat kecamatan Watang Sawitto Pinrang, Dimana bocah kecil itu. Sepulang sekolah ia tak langsung bermain, seperti teman-temannya dan anak pada umumnya. Ia punya kegiatan lain yang sudah menjadi rutinitasnya, yaitu menjual kerupuk yang dimulainya sejak kelas 3.
�Saya jual kerupuk ubi ini pak setelah pulang sekolah sekitar jam 12 sampai Megrib. Saya Jualannya keliling kota pinrang saja,� kata bocah ini, yang bercita cita jadi polisi Syahril mengaku sudah berjualan kerupuk sejak kelas 3 sampai saat ini. Ia mendapatkan kerupuk ini dari olahan ibunya sendiri dan menjajakannya di sekitar kota pinrang.
Kerupuk itu dijualnya Rp 2.500 per Kantung. Setiap hari, biasanya ia mendapatkan Rp 50.000 hingga 80.000 dari hasil dagangannya itu, bahkan pernah ia ngak mendapatkan Hasil sama sekali.
Meski demikian, hasil uang jualan itu tidak ia nikmati sendiri. Uang itu diserahkannya pada ibunya untuk menambah modal dan kepentingan pendidikannya dan modal dagangnya.
Anak kedua dari lima saudara itu ternyata juga menjadi sumber penghasilan orang tuanya. ayah bekerja sebagai tukang batu sementara ibunya sebagi ibu rumah tangga sekaligu sebagai produksi kerupuk yang dijual aswan.
�Kalau ibu sekarang gak kerja dirumah bapak bekerja sebagai tukang batu. Yang kerja cuma saya aja tapi yaa saya harus bekerja untuk memenuhi biaya pendidikan saya dan adik saya, jika saya besar nanti cita cita saya ingin jadi Polisi,�Ungkapnya.
Sepulangnya berjualan kerupuk, Syahril sering kali tidak bermain dengan teman-teman seusianya. Ia lebih banyak di rumah sambil mempersiapkan diri untuk istirahat dan membantu orangtuanya.
Meski harus kehilangan sebagian waktu bermainnya untuk berjualan kerupuk, Syahril tak mengeluh. Ia justru senang lantaran bisa membantu ibunya mendapatkan uang. Sebagai anak lelaki, ia menyadari dirinya suatu waktu harus menjadi pengganti ayahnya sebagai tulang punggung keluarga.(*)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.